Kamis, 30 Agustus 2007

MENENGOK KOTA BURUH GELSENKIRCHEN

Oleh Irmanto

Gelsenkirchen, 16/6/2006 - Tidak banyak orang yang pernah mendengar nama Gelsenkirchen, tapi banyak yang tahu apa itu Schalke 04, khususnya bagi penggila bola.

Gelsenkirchen adalah kota kecil di Jerman yang terletak di tepi sungai Rhein. Di kota inilah klub liga Jerman (Bundesliga) Schalke 04 bermarkas, sekaligus kini menjadi salah satu kota penyelenggara pertandingan Piala Dunia 2006..

Kota ni dijejali dengan puluhan pabrik, sehingga tidak heran dijuluki kota buruh. Pencinta klub Schalke 04 mau tidak mau banyak berlatar belakang buruh. Jika dulu Schalke 04 merupakan pengikat solidaritas kaum pekerja, kini bagi warga kota Gelsenkirchen, klub tersebut melambangkan kecintaan mereka terhadap sepakbola.

Kota yang terletak di bagian utara daerah Ruhr ini didirikan pada tahun 1150. Kota ini pada mulanya hanya lah sebuah kampung kecil. Hingga pada abad 19, ketika berbagai industri menjalar ke pelosok Eropa, Gelsenkirchen menjadi kota industri.

Tahun 1840 di daerah itu ditemukan batubara, yang dikenal sebagai “Black Gold”, dan tujuh tahun berikutnya pekerjaan pembangunan konstruksi infrastruktur rel kereta api dimulai. Pembangunan rel kereta api menghubungkan Gelsenkirchen, Cologne dan Minden.

Penemuan batubara itu menarik perhatian dan minat orang untuk hijrah ke kota tersebut. Akibatnya, jumlah penduduk yang sebelumnya hanya enam ribu jiwa melonjak menjadi 138 ribu pada tahun 1903. Konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk itu, Gelsenkirchen berubah menjadi kota pada 1875.

Hingga Perang Dunia I meletus, jumlah orang yang datang ke kota itu terus berlangsung untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka umumnya berasal dari sebelah timur kerajaan Jerman (timur dan barat Prusia, Posen, dan Silesia).

Selama bertahun-tahun berlangsungnya pembangunan kembali setelah Perang Dunia II, ribuan pencari kerja berdatangan dari selatan Eropa dan Turki. Mereka mencari pekerjaan di penambangan batubara dan industri baja.

Gelsenkirchen terus bertumbuh menjadi kota industri yang besar dengan jumlah penduduk hampir mencapi 400.000, dan sekaligus menjadi kota tambang barubara terpenting di benua Eropa.

Banyaknya penambangan batubara dan industri baja melahirkan julukan bagi Gelsenkirchen sebagai “The city of a thousand fires” (Kota Ribuan Kebakaran). Maklum kepulan asap yang dihasilkan dari pabrik baja itu menghiasi langit kota itu.

Krisis batubara yang terjadi tahun 1950-an, mau tidak mau melahirkan perubahan. Industri dan alat transportasi yang semula menggunakan bahan bakar batubara berganti ke bahan bakar minyak.

April 2000, pertambangan terakhir di Gelsenkirchen ditutup, karena dinilai mengotori udara.. Tiga ribu penambang batubara kehilangan pekerjaan.

Kini Gelsenkirchen hanya berpenduduk 275.000 jiwa. Kota ini memiliki panorama indah dengan dihiasi gedung-gedung bersejarah. Bangunan tua itu antara lain gedung Schloss Horst dan Istana Luetinghof yang didirikan tahun 1308. Lueting dalam bahasa Jerman artinya malam, sedangkan hof artinya mempersilakan.

Gelsenkirchen yang kurang dikenal itu kini mulai populer karena di kota ini digelar lima pertandingan Piala Dunia 2006. Untuk menyambut Piala Dunia, pemerintah kota Gelsenkirchen telah merogoh sekitar 55 juta euro (sekitar Rp600 miliar) untuk perbaikan berbagai macam infrastruktur.

Pertandingan pembuka di kota itu menampilkan Polandia melawan Ekuador, yang sudah berlangsung 9 Juni dengan kemenangan Ekuador 2-0. Pertandingan kedua 12 Juni menampilkan tim Amerika Serikat berhadapan dengan Republik Ceko yang berkesudahan dengan kemenangan Ceko 3-0.

Laga Argentina melawan Serbia & Montenegro yang berakhir dengan 6-0 juga digelar di sini pada 16 Juni. Pertandingan keempat 21 Juni antara Portugal melawan Meksiko. Kota ini juga mendapatkan kehormatan untuk menyelenggarakan salah satu pertandingan perempatfinal Piala Dunia 2006.

Kelima pertandingan itu digelar di stadion AufSchalke Arena (FIFA World Cup Stadium Gelsenkirchen). Stadion yang dibangun dengan nilai investasi 191 juta euro (lebih dari dua triliun rupiah) itu merupakan stadion termodern.

Menyambut tetamu yang datang ke kota ini selama Piala Dunia 2006, pemerintah kota telah menyiapkan berbagai acara, antara lan pentas teater dan musik. Orang dapat menonton “Saira”, “Opera Bellini” yang pertama kali dipentaskan di luar Italia. Untuk kaum muda juga ada sajian Ballet Sschindowski, “Heavy Music” dan “Cool Love.“

Remaja penggila bola yang bosan menginap di hotel selama Piala Dunia, dapat berkemah di gelangang olahraga “Sportplatz der Offenen Tür” di samping Berger See. Tarifnya lumayan murah, hanya tiga sampai enam euro per hari.

Selain untuk remaja, juga terdapat dua perkemahan buat orang dewasa. Satu berada di Nordstenpark, taman bekas pameran tanaman nasional. Tempat itu dapat menampung 1.500 orang dengan tarif berkemah 19 euro per hari. Perkemahan kedua berada di Revierpark Nienhausen di dekat kota Essen.

Di kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 3,2 persen per tahun -- tertinggi di antara 12 kota penyelenggara pertandingan Piala Dunia 2006 -- anda bisa pula berkunjung ke Taman Patung Berger Feld dan menikmati koleksi seni kinetik di museum Buer. ***

2 komentar:

pencakar langit mengatakan...

Wah, pak ir, artikelnya berdasarkan liputan pribadi ya, pak? Duuh, jadi pengen ke Jerman. Fotonya juga ditampilin dong, pak, biar keren...
Yah, pak ir, cuma berkunjung ke blog saya doang..gak kasi komen pak...hehehehe..saya sengaja gak nyantumin nama, soalnya biar gak terkenal. hehehehe...

kukukecil mengatakan...

Pak Ir, isi artikelnya waktu Pak Ir berkunjung ke Jerman ya.. curang.. hiks.. pengen ke Jerman..
Jangan lupa, Pak, belajar buat uas..