Kamis, 30 Agustus 2007

4,9 EURO SAMPAI TELER NAIK-TURUN KERETA DI FRANKFURT



Oleh Irmanto

Frankfurt, 28/6/2006 - Cukup dengan merogoh 4,9 euro, anda bisa seharian naik turun kereta bawah tanah dan bus di Frankfurt, salah satu kota penyelenggara pertandingan Piala Dunia 2006 di Jerman.

Anda tinggal menekan tombol kolom “tageskarte” dan kemudian memasukkan uang logam sebanyak 4,9 euro ke dalam mesin karcis, maka karcis akan keluar. Bagaimana bila tidak punya uang logam? Tidak usah panik, tinggal masukkan uang kertas lima euro, maka karcis akan keluar berikut dengan kembaliannya.

Kalau anda bersama teman ingin berjalan-jalan sendirian di kota berpenduduk 650 ribu itu selama seharian, anda cukup mengeluarkan uang dari dompet sebanyak delapan euro.
Caranya, anda harus memencet tombol bertuliskan “gruppentageskarte” dan masukkan uang sebanyak harga karcis itu, Karcis itu berlaku paling banyak untuk lima orang. Lebih murah ‘kan?.

Karcis itu hanya berlaku untuk naik kereta dan naik bis di dalam kota Frankfurt saja. Kalau anda mau pergi ke Munich, maka karcis itu tidak berlaku. Anda harus beli karcis kereta antar kota ICE (intercity express) atau IC (intercity), yang harganya tergantung jarak tempuh.

Bagaiman kalau hanya ingin sekali jalan saja? Boleh saja, anda tinggal memencet tombol bertuliskan “einzelfahrschein ermassight” dan memasukkan uang sejumlah 1,9 euro.
Naik kereta atau bis dalam kota baik itu Frankfurt maupun kota lainnya di Jerman, anda tidak perlu berpikiran bahwa akan anda petugas yang akan memeriksa tiket, seperti di kereta Jabotabek.

“Anda tidak akan melihat petugas berseragam memeriksa tiket,” kata Suli, warga Indonesia yang tinggal di Frankfurt.
Kendati begitu, bukan berarti bebas untuk tidak membeli tiket. Kalau ada razia dan ternyata anda tidak memiliki karcis maka siap-siaplah untuk malu dan didenda 40 euro.

“Lho, saya tadi tidak beli karcis, tidak ada yang periksa. Saya naik saja dan tidak ditagih,” kata wartawan senior Indonesia yang bekerja untuk salah satu koran di Jakarta, ketika diberitahu harus membeli karcis sebelum naik kereta.

Menunggu kereta di Frankfurt boleh dibilang tidak memerlukan rasa kesal. Kedatangan kereta sudah pasi. Kedatangan kereta tertera di papan pengumuman di emplasemen. Semua kereta datang tepat waktu. Keberangkatan kereta pun tepat waktu. Kereta tidak pernah menunggu anda, sekalipun anda pejabat tertinggi di kota tersebut.

Bersih, nyaman, dan aman. Itulah kesan ketika berada di dalam kereta di kota bisnis dan keuangan terbesar di Jerman itu. Tidak ada pengamen dan pedagang asongan -- seperti setiap hari terlihat di kereta Jabotabek -- berseliweran di dalam kereta.

Pengamen dilarang melakukan aktivitas kesenian di dalam transportasi umum. Mereka diberi wadah di tempat-tempat publik seperti di stasiun bawah tanah dan di kaki lima.

Di dalam kereta ini pun boleh dibilang tidak ada pencopet, sehingga anda tidak perlu khawatir dan was-was dompet di kantong celana anda dirogoh atau tas anda disilet orang.

“Hukuman bagi pencopet di sini sangat berat,” kata Ahyahudin Sodri, warga Indonesia yang sudah tujuh tahun menetap di negeri Michel Ballack itu.

Menurut dia, pencopet yang tertangkap basah risikonya sangat berat. Dia akan kehilangan hak-hak sosial. “Namanya akan terhapus dari data base orang-orang yang diberikan santunan,” kata ahli di bidang teknologi digital roungent itu.

Mengingat sanksi sosialnya sangat berat, maka orang akan berpikir ribuan kali untuk melakukan kejahatan. “Di sini tidak ada orang yang terlantar, orang yang tidak punya pekerjaan mendapatkan santunan dari negara,” kata pria berusia 35 tahun yang masih membujang itu.

Orang-orang yang sudah tercoret dari daftar penerima santunan, bisa dilihat di jalan-jalan. Mereka luntang-lantung di stasiun kereta dan tempat-tempat publik lainnya.

“Mereka itu lah yang di masa lalu melakukan tindakan kriminal,” ucapnya. Mereka disingkirkan oleh negara, masyarakat dan juga keluarganya karena telah mencoreng nama baik keluarga.

Tidak heran bila hingga tengah malam pun masih banyak orang, termasuk wanita, berada dalam kereta menuju tujuan masaing-masing dengan wajah tanpa diliputi rasa khawatir.
Yang terlihat di dalam kereta adalah orang-orang yang sibuk dengan kesendirian. Ada yang sibuk dengan membaca koran, ada yang sibuk membaca buku, ada yang asyik mendengarkan lagu dengan earphone di telinga, ada yang asyik memegangi sepeda, dan ada yang asyik dengan anjingnya. ***

Tidak ada komentar: