Kamis, 30 Agustus 2007

BECAK LENGGAK-LENGGOK DI BERLIN



Oleh Irmanto

Berlin, 15/6/2006 - Dulu di Jakarta ada becak, kendaraan tanpa mesin dikayuh manusia itu berkeliaran di ibukota Negara Indonesia tersebut.

Dianggap mengganggu pemandangan dan bikin macet arus lalu lintas, pemerintah DKI Jakarta melarang becak lenggak-lenggok di jalan-jalan kota tersibuk di Indonesia itu.

Seiring dengan lenyapnya becak, kekhasan kendaraan kota Jakarta pun sirna, kini orang tidak tahu pasti, apa ciri khas kendaraan kota tersebut. Ada yang bilang bajaj, akh itu `produk India´.

Di Berlin, ibukota Jerman, terdapat becak roda tiga berkeliaran di kota berpenduduk 3,4 juta jiwa itu. Hanya saja becak Berlin yang disebut dengan „Bike Taxi“ itu sangat berbeda dengan becak Jakarta tempo dulu, atau becak yang kini banyak berkeliaraan di Tangerang.

Becak di Jakarta memiliki tiga roda, dengan dua roda di depan dan satu roda di belakang yang dilengkapi dengan pedal.

Di Berlin, bagian belakang justru beroda dua dan di depannya terdapat satu roda dilengklapi dengan pedal. Disain becak Berlin mirip helicak (kendaraan umum bermesin roda tiga yang pernah „hidup“ di Jakarta puluhan tahun lalu –red). Penumpang duduk di bagian belakang tukang becak tanpa ada sekat.

Becak Berlin berwarna-warni, ada yang berwarna hijau, kuning, dan merah. Tanpa takut ditangkap petugas tramtib mereka melintasi jalan-jalan utama kota tersebut.

Di jalan Friedrichstrasse dan jalan Unter den Linden, jalan utama di kota itu, mereka dengan bergembira mengayuh becak mengantarkan penumpang yang malas berjalan kaki di musim panas bulan Juni 2006.

Umumnya penumpang becak itu adalah wisatawan yang tengah menikmati keindahan kota Berlin, yang banyak menyimpan bangunan jaman kuno dikombinasi dengan gedung-gedung baru bergaya modern.

Tidak heran, kalau tidak ada penumpang, mereka suka mangkal di kawasan wisata seperti di Bradenburger Tor (pintu gerbang Bradenburg).

Bosan jalan kaki atau naik turun kereta, anda bisa mencoba becak Berlin. Hanya dengan mengeluarkan lima euro, anda bisa menikmati keindahan kota Berlin selama 10 menit. Kalau kurang puas, anda bisa mencarter hingga 30 menit, dengan catatan anda siap-siap merogoh saku lebih dalam 15 euro.

„Tidak mahal, kalau hanya sekadar ingin mencoba becak Berlin anda cukup berkeliling selama sepuluh menit. Ongkosnya cuma lima euro,“ kata Dierre Neumann, tukang becak yang tengah mangkal di kawasan Bradenburger Tor.

Pria kelahiran Berlin 21 tahun lalu itu mengatakan, banyak turis yang menaiki becaknya hanya sekadar untuk “mencicipi“ rasa naik becak. „Di negara mereka mungkin, kendaraan serupa ini tidak ada, sehingga mereka penasaran ingin mencobanya,“ kata lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliahnya ke universitas pada Oktober mendatang itu.

Kalau ingin buru-buru ke tempat tujuan, ia menyarankan agar naik bis atau kereta saja, karena ongkosnya lebih murah dan lebih cepat sampai tentunya. „Hanya dengan dua euro anda sudah sampai ke tempat tujuan. Becak saya ini hanya untuk mereka yang ingin menikmati suasana kota Berlin,“ katanya.

Ketika ditanya apakah warga Berlin suka naik becak, ia mengatakan untuk ke jalan-jalan yang tidak dilalui bis atau kereta, becak memang menjadi pilihan. „Tapi terus terang, orang sini lebih suka jalan kaki atau bawa sepeda,“ katanya.

Di Berlin bukan hal yang aneh, sepeda berkeliaran di jalan-jalan raya. Dan anda jangan terkejut pula kalau ada sepeda masuk ke dalam kereta.

Penghasilan tukang becak di sini cukup lumayan. Paling apes mereka bisa mengantongi minimal 50 euro per hari.

“Kalau hari libur seperti Sabtu dan Minggu, bisa mencapai 100 euro sehari,” kata Lukas Huth, rekan Dierre.

Pria berusia 32 tahun dan sudah memiliki satu anak itu mengatakan, rejeki paling berlimpah biasanya pada saat musim panas, sekitar bulan Juni hingga Juli.

“Seperti saat ini, banyak turis yang datang ke mari. Apalagi sekarang ada Piala Dunia, terus terang penghasilan saya bahkan bisa mencapai 120 euro,” kata pria yang tinggal di kawasan Berlin Timur itu.

Untuk wisatawan yang malas mencari-cari becak, mereka bisa menelepon langsung ke tukang becak, yang selalu membawa telepon genggam. “Kami siap ditelepon dan kami siap mengantar anda jalan-jalan di Berlin,” katanya.

Syair lagu „aku panggilkan becak, kereta tak berkuda, becak… becak…. Coba bawa saya“, barangkali lebih pantas dinyanyikan di Berlin ketimbang di Jakarta. ***

Tidak ada komentar: